Senin, 28 September 2015

QS: An Najm 48

Isilah titik-titik di bawah ini dan mohon dijawab dengan jujur di dalam hati kita masing-masing ...

1. Allah menciptakan tertawa dan .....
2. Allah itu mematikan dan .....
3. Allah menciptakan laki-laki dan .....
4. Allah memberikan kekayaan dan .....

Mayoritas kita tentu akan dengan mudah menjawab:
1. Menangis ... 
2. Menghidupkan ... 
3. Perempuan ...

Tapi bagaimana dengan no.4 ...? Apakah Kemiskinan ...?

Untuk mengetahui jawabannya, mari kita lihat rangkaian firman Allah dalam surat An-Najm ayat 43-45, dan 48, sebagai berikut:

ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ ﺃَﺿْﺤَﻚَ ﻭَﺃَﺑْﻜَﻰ

"dan Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis." (QS. An-Najm : 43).

ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ ﺃَﻣَﺎﺕَ ﻭَﺃَﺣْﻴَﺎ

"dan Dia-lah yang mematikan dan menghidupkan." (QS. An-Najm : 44).

ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﺰَّﻭْﺟَﻴْﻦِ ﺍﻟﺬَّﻛَﺮَ ﻭَﺍﻟْﺄُﻧﺜَﻰ

"dan Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan. " (QS. An-Najm : 45).

ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ ﺃَﻏْﻨَﻰ ﻭَﺃَﻗْﻨَﻰ

"dan Dia-lah yang memberikan kekayaan dan kecukupan." (QS. An-Najm : 48).

Ternyata jawaban kita benar hanya pada no. 1-3 ... sedang jawaban untuk no. 4 keliru. 
Jawaban Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an bukan Kemiskinan, tapi KECUKUPAN.

Subhanallah..
Sesungguhnya Allah Ta'ala hanya memberi Kekayaan dan Kecukupan kepada hamba-Nya.
Dan ternyata yang "menciptakan" Kemiskinan adalah diri kita sendiri.

Hal ini bisa karena ketidakadilan ekonomi, kemalasan, bisa juga
karena kemiskinan itu kita bentuk di dalam pola pikir kita sendiri.

Itulah hakikatnya, mengapa orang-orang yang senantiasa bersyukur; walaupun hidup pas-pasan ia akan tetap tersenyum dan merasa cukup, bukan merasa miskin.

Jadi, marilah kita bangun rasa keberlimpahan dan kecukupan didalam hati dan pikiran kita, berhenti mengeluh, berhenti mengatakan rejeki kecil, agar kita menjadi hamba-Nya yg selalu Bersyukur.

Selamat menjemput rejeki yang halal, biar semakin berkah

(Dikutip dari salah seorang sahabat) Nia

Minggu, 27 September 2015

Teringat perjuangan kala itu

Hari ini, ketika pikiran saya sedang bekerja mencari topik untuk thesis. Otak saya berlari ke masa lampau.  Mengingatkan kembali perjuangan meraih gelar s1. Bagaimana skripsi yang saya tulis bisa cukup memuaskan saya dan dosen penguji yang memang saya kagumi.

Hari itu, 8 Oktober 2013
Saya, Sehat dan Twi, kita bertiga berjuang dengan bekal karya kita masing-masing
Bukan lagi nilai terbaik yang kami harapkan tapi pengakuan dari para dosen penguji yang memang sangat kami hormati dan kami kagumi.
Meski di luar sana beliau-beliau terkenal "killer" dan banyak dari mahasiswa yang berusaha menghindari. Tapi kami dipertemukan dengan beliau bersama-sama dalam satu ruang dan satu waktu.
How amazed that's moment.?
Bagaimana tidak, beliau-beliau sudah menerima draft kami 2 minggu sebelum sidang. Sudah membaca dan menganalisisnya.
Masi sangat ingat di benak saya bagaimana rasanya, bagaimana aura yang tercipta di dalam ruangan dan bagaimana perasaan kami. Ujian macam apa ini? Twi ada di dalam ruang sidang selama 55 menit, saya 45 menit, dan sehat 35 menit.
Ketika pengumuman kami terdiam, tidak ada ekspektasi apapun, tidak ada bayangan dan ketika diumumkan tidak ada ekspresi yang keluar dari raut wajah kami. Sampai pengumuman diulang 3 kali, sampai ketua penguji berujar  "kalian bertiga dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan, mau atau tidak? Kalau tidak saya cabut lagi hlo" barulah kami bertiga tersadar dan tertawa. Entah ekspresi awal tadi karena shocked atau apa. Kami bertiga memiliki ekspresi sama dan datar. Masih sulit menerima. Bagaimana tidak, diberikan nilai dan diuji oleh penguji yang memang sangat pantas menguji.

Perjuangan kami selama satu tahun rasanya tidak sia-sia. Tangis, peluh dan keringat yang kami keluarkan dalam proses selama ini terbayar lunas dan manis. Dan kami yakin "tidak ada hasil yang menghianati proses"

Sekarang, setelah kami berpisah dan mengarah pada jalan kami masing-masing. Kami masi menjalin komunikasi dan berdiskusi ringan entah memgenai akademis ataupun obrolan berat seputar kehidupan. Meski menjadi single fighter, doa dan dukungan mereka masih saya rasakan. Itulah pertemanan yang saling mendukung. Teman yang ada di titik terendah saya dulu, sekarang menjadi bagian dari teman-teman terbaik yang saya miliki.

Semoga, saya yang akan memulai perjuangan baru bisa mengulang keberhasilan masa lalu dengan lebih baik.

Miss you my other quality friends Sehat Dinati Simamora Dan Ratih Twi